Indonesia terletak sangat strategis ,yaitu di daerah tropis,
diapit oleh dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudera (Hindia dan
Pasifik). Letak yang strategis ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang
kaya akan sumber daya alam khususnya pesisir. Wisata bahari, budi daya tambak,
pertambangan dan pemukiman adalah beberapa contoh potensi ekonomi yang bernilai
tinggi. Tak heran apabila daerah pesisir menjadi daya tarik bagi seluruh pihak
untuk mengelola dan memanfaatkannya dari segi ekonomi maupun politikya.
Daerah pesisir adalah jalur tanah darat/kering yang
berdampingan dengan laut, dimana lingkungan dan tata guna lahan mempengaruhi
secara langsung lingkungan ruang bagian laut, dan sebaliknya. Daerah pesisir
adalah jalur yang membatasi daratan dengan laut atau danau dengan lebar
bervariasi.
Daerah ini selalu berkembang dengan pesatnya pembangunan yang
dilakukan berbagai pihak. Pihak-pihak tersebut secara tidak langsung
mengakibatkan kerusakan lingkungan karena aktivitas yang dilakukan di darat
maupun di laut. Hal ini menjadikan ekosistem pesisir sebagai ekosistem yang
rentan terhadap kerusakan dan perusakan baik alami maupun buatan.
Permasalahan Daerah Aliran Sungai
Daerah Aliran
Sungai di Indonesia semakin mengalami kerusakan lingkungan dari tahun ke
tahun. Kerusakan lingkungan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) meliputi kerusakan
pada aspek biofisik ataupun kualitas air.
Indonesia memiliki sedikitnya 5.590 sungai
utama dan 65.017 anak sungai. Dari 5,5 ribu sungai utama panjang totalnya
mencapai 94.573 km dengan luas Daerah Aliran Sungai (DAS) mencapai 1.512.466 km2.
Selain mempunyai fungsi hidrologis, sungai juga mempunyai peran dalam menjaga
keanekaragaman hayati, nilai ekonomi, budaya, transportasi, pariwisata dan
lainnya.
Saat ini sebagian Daerah Aliran Sungai di
Indonesia mengalami kerusakan sebagai akibat dari perubahan tata guna lahan,
pertambahan jumlah penduduk serta kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pelestarian
lingkungan DAS. Gejala kerusakan lingkungan Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat
dilihat dari penyusutan luas hutan yang ada di daerah hulu sungai dan hutan
gundul di daerah pegunungan serta kerusakan lahan terutama kawasan lindung di
sekitar Daerah Aliran Sungai.
Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang
terjadi mengakibatkan kondisi kuantitas (debit) air sungai menjadi fluktuatif
antara musim penghujan dan kemarau. Selain itu juga penurunan cadangan air
serta tingginya laju sendimentasi dan erosi. Dampak yang dirasakan kemudian
adalah terjadinya banjir di musim penghujan dan kekeringan di musim kemarau. Kerusakan
Daerah Aliran Sungai (DAS) pun mengakibatkan menurunnya kualitas air sungai
yang mengalami pencemaran yang diakibatkan oleh erosi dari lahan kritis, limbah
rumah tangga, limbah industri, limbah pertanian (perkebunan) dan limbah
pertambangan. Pencemaran air sungai di Indonesia juga telah menjadi masalah
tersendiri yang sangat serius.
Permasalahan
Lingkungan Pesisir
Sumber daya pesisir memiliki produktifitas yang tinggi dalam
pembangunan karena dapat meningkatkan devisa, lapangan kerja, pendapatan dan
kesejahteraan penduduk. Banyaknya kegiatan yang dilakukan di daerah pesisir
mengakibatkan daerah ini sangat rentan terhadap kerusakan dan pengerusakan.
Wilayah pesisir memiliki tingkat kepadatan penduduk dan
intensitas pembangunan industri yang tinggi, sehingga lingkungan pesisir sering
mendapat tekanan manusia yang tinggi. Kerusakan sumber daya alam saat ini tidak
terlepas dari perilaku manusia dalam memperlakukan alam. Perilaku manusia saat
ini dipengaruhi oleh etika antroposentrisme dimana cara pandang manusia hanya
melihat dari sudut prinsip etika terhadap manusia saja, baik dari sisi
kebutuhannya maupun kepentingannya yang lebih tinggi dan terkadang sangat
khusus dibandingkan dengan makhluk lain. Makhluk selain manusia dan benda
lainnya hanya dianggap sebagai alat peningkat kesejahteraan manusia atau yang
dikenal dengan prinsip instrumentalistik.
Dilihat dari
penyebabnya, kerusakan ekosistem pesisir dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu :
a.
Kerusakan
karena faktor alam.
Contoh-contoh penyebab kerusakan ekosistem pesisir karena
faktor alam adalah gempa, tsunami, badai, banjir, el-Nino, pemanasan global,
predator.
b.
Kerusakan
akibat aktivitas manusia atau antropogenik.
Contoh-contoh penyebab kerusakan akibat aktivitas manusia
adalah penggunaan alat-alat penangkapan ikan yang membahayakan (dinamit/bahan
peledak, racun/tubalpotas), penambangan karang dan pasir, reklamasi, limbah
pertanian, sedimentasi sebagai akibat di daerah hulu karena penebangan dan
penggundulan hutan, limbah sisa buangan baik dari aktivitas rumah tangga maupun
industri yang ada di daerah daratan, pembuangan jangkar perahu nelayan,
konversi mangrove untuk peruntukan lain seperti pembukaan tambak garam, ikan,
maupun udang, penebangan mangrove untuk kayu bakar, bahan bangunan dan bahan
baku kertas.
Kerusakan terumbu karang umumnya disebabkan oleh
kegiatan-kegiatan perikanan yang bersifat destruktif, yaitu penggunaan
bahan-bahan peledak, bahan beracun sianida, dan juga aktivitas penambangan
karang untuk bahan bangunan. pembuangan jangkar perahu, dan sedimentasi tanah
akibat meningkatnya erosi dari lahan atas. Kegiatan perikanan destruktif ini
tidak hanya dilakukan oleh nelayan tradisional, tetapi juga oleh
nelayan-nelayan modern dan juga nelayan asing yang melakukan kegiatan pencurian
ikan di perairan nusantara.
Hal yang sama juga terjadi pada ekosistem hutan mangrove. Penyebab penurunan luasan mangrove
tersebut adalah karena adanya peningkatan kegiatan yang mengkonversi hutan
mangrove menjadi peruntukan lain seperti pembukaan tambak, pengembangan kawasan
industri dan permukiman di kawasan pesisir serta penebangan hutan mangrove
untuk kebutuhan kayu bakar, arang dan bahan bangunan.
Faktor yang dapat merusak terumbu karang diantaranya adalah
:
- Pengendapan kapur
Pengendapan kapur dapat berasal dari penebangan
pohon yang dapat mengakibatkan pengikisan tanah (erosi) yang
akan terbawa kelaut dan menutupi karang sehingga karang tidak dapat
tumbuh karena sinar matahari tertutup oleh sedimen.
- Aliran air tawar
Aliran air tawar yang terus menerus
dapat membunuh karang, air tawar tersebut dapat berasal dari pipa
pembuangan, pipa air hujan ataupun limbah pabrik yang tidak
seharusnya mengalir ke wilayah terumbu karang.
- Berbagai jenis limbah dan sampah
Bahan pencemar bisa berasal dari berbagai sumber, diantaranya
adalah limbah pertanian, perkotaan, pabrik, pertambangan dan
perminyakan.
- Pemanasan suhu bumi Pemanasan suhu bumi dikarenakan pelepasan karbon dioksida (CO2) ke udara. Tingginya kadar CO2 diudara berpotensi meningkatan suhu secara global. yang dapat mengakibatkan naik nya suhu air laut sehingga karang menjadi memutih (bleaching) seiring dengan perginya zooxanthelae dari jaringan kulit karang, jika terjadi terus menerus maka pertumbuhan terumbu karang terhambat dan akan mati.
- Uji coba senjata militer
Pengujian bahan peledak dan
nuklir di laut serta kebocoran dan buangan reaktor nuklir
menyebabkan radiasi di laut, bahan radio aktif tersebut dapat bertahan hingga
ribuan tahun yang berpotensi meningkatkan jumlah kerusakan dan perubahan
genetis (mutasi) biota laut.
- Cara tangkap yang merusak
- Penambangan dan pengambilan karang
- Penambatan jangkar dan berjalan pada terumbu
Nelayan dan wisatawan seringkali menambatkan jankar perahu pada
terumbu karang. Jangkar yang dijatuhkan dan ditarik diantara karang
maupun hempasan rantainya yang sangat merusak koloni karang.
- Serangan bintang laut berduri
Bintang laut berduri adalah sejenis bintang laut besar
pemangsa karang yang permukaanya dipenuhi duri. Ia memakan karang
dengan cara manjulurkan bagian perutnya ke arah koloni karang, untuk
kemudian mencerna dan membungkus polip-polip karang
dipermukaan koloni tersebut.
Sumber:
Jaharuddin.
2010. Ekosistem Pesisir. Diakses dari
http://www.terangi.or.id 1 Oktober 2012.
Suci, R. 2010. Kerusakan Daerah Aliran Sungai. Diakses dari
http://www.faktailmiah.com 1 Oktober 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar