http://www.google.co.id/
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dikelilingi oleh dua lautan yaitu Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik serta posisinya yang berada di garis katulistiwa sehingga kondisi pasang surut, angin, gelombang, dan arus laut cukup besar. Hasil pengukuran tinggi pasang surut di wilayah laut Indonesia menunjukkan beberapa wilayah lepas laut pesisir daerah Indonesia memiliki pasang surut cukup tinggi (http://www.anneahira.com, 2008). Keadaan pasang surut di perairan Nusantara ditentukan oleh penjalaran pasang surut dari Samudra Pasifik dan Hindia serta morfologi pantai dan batimeri perairan yang kompleks dimana terdapat banyak selat, palung dan laut yang dangkal dan laut dalam. Keadaan perairan tersebut membentuk pola pasang surut yang beragam. Di Selat Malaka pasang surut setengah harian (semidiurnal) mendominasi tipe pasut di daerah tersebut. Berdasarkan pengamatan pasang surut di Kabil, Pulau Batam diperoleh bilangan Formzhal sebesar 0,69 sehingga pasang surut di Pulau Batam dan Selat Malaka pada umumnya adalah pasut bertipe campuran dengan tipe ganda yang menonjol. Pasang surut harian (diurnal) terdapat di Selat Karimata dan Laut Jawa. Berdasarkan pengamatan pasut di Tanjung Priok diperoleh bilangan Formzhal sebesar 3,80. Jadi tipe pasut di Teluk Jakarta dan laut Jawa pada umumnya adalah pasut bertipe tunggal. Tunggang pasang surut di perairan Indonesia bervariasi antara 1 sampai dengan 6 meter. Di Laut Jawa umumnya tunggang pasang surut antara 1 – 1,5 m kecuali di Selat madura yang mencapai 3 meter. Tunggang pasang surut 6 meter di jumpai di Papua. Pasang surut juga dipengaruhi oleh adanya gaya gravitasi bulan terhadap bumi pada saat malam hari (http://www.ilmukelautan.com, 2007).
Pasang Surut
Fenomena pasang surut diartikan sebagai naik turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil. Pasang surut yang terjadi di bumi ada tiga jenis yaitu: pasang surut atmosfer (atmospheric tide), pasang surut laut (oceanic tide) dan pasang surut bumi padat (tide of the solid earth). Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari.
Teori Pasang Surut
1. Teori Kesetimbangan (Equilibrium Theory)
Teori kesetimbangan pertama kali diperkenalkan oleh Sir Isaac Newton (1642-1727). Teori ini menerangkan sifat-sifat pasut secara kualitatif. Teori terjadi pada bumi ideal yang seluruh permukaannya ditutupi oleh air dan pengaruh kelembaman (Inertia) diabaikan. Teori ini menyatakan bahwa naik-turunnya permukaan laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut (King, 1966). Untuk memahami gaya pembangkit passng surut dilakukan dengan memisahkan pergerakan sistem bumi-bulan-matahari menjadi 2 yaitu, sistem bumi-bulan dan sistem bumi matahari. Pada teori kesetimbangan bumi diasumsikan tertutup air dengan kedalaman dan densitas yang sama dan naik turun muka laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut atau GPP (Tide Generating Force) yaitu Resultante gaya tarik bulan dan gaya sentrifugal, teori ini berkaitan dengan hubungan antara laut, massa air yang naik, bulan, dan matahari. Gaya pembangkit pasut ini akan menimbulkan air tinggi pada dua lokasi dan air rendah pada dua lokasi (Gross, 1987).
2. Teori Pasut Dinamik (Dynamical Theory) Pond dan Pickard (1978) menyatakan bahwa dalam teori ini lautan yang homogen masih diasumsikan menutupi seluruh bumi pada kedalaman yang konstan, tetapi gaya-gaya tarik periodik dapat membangkitkan gelombang dengan periode sesuai dengan konstitue-konstituennya. Gelombang pasut yang terbentuk dipengaruhi oleh GPP, kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi, dan pengaruh gesekan dasar.
Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Laplace (1796-1825). Teori ini melengkapi teori kesetimbangan sehingga sifat-sifat pasut dapat diketahui secara kuantitatif. Menurut teori dinamis, gaya pembangkit pasut menghasilkan gelombang pasut (tide wive) yang periodenya sebanding dengan gaya pembangkit pasut. Karena terbentuknya gelombang, maka terdapat faktor lain yang perlu diperhitungkan selain GPP. Menurut Defant (1958), faktor-faktor tersebut adalah :
- Kedalaman perairan dan luas perairan
- Pengaruh rotasi bumi (gaya Coriolis)
- Gesekan dasar
Rotasi bumi menyebabkan semua benda yang bergerak di permukaan bumi akan berubah arah (Coriolis Effect). Di belahan bumi utara benda membelok ke kanan, sedangkan di belahan bumi selatan benda membelok ke kiri. Pengaruh ini tidak terjadi di equator, tetapi semakin meningkat sejalan dengan garis lintang dan mencapai maksimum pada kedua kutub. Besarnya juga bervariasi tergantung pada kecepatan pergerakan benda tersebut. Berkaitan dengan dengan fenomeana pasut, gaya Coriolis mempengaruhi arus pasut. Faktor gesekan dasar dapat mengurangi tunggang pasut dan menyebabkan keterlambatan fase (Phase lag) serta mengakibatkan persamaan gelombang pasut menjadi non linier semakin dangkal perairan maka semaikin besar pengaruh gesekannya.
Faktor Penyebab Terjadinya Pasang Surut Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan teori kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap matahari, revolusi bumi terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan teori dinamis adalah kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan gesekan dasar. Selain itu juga terdapat beberapa faktor lokal yang dapat mempengaruhi pasut disuatu perairan seperti, topogafi dasar laut, lebar selat, bentuk teluk, dan sebagainya, sehingga berbagai lokasi memiliki ciri pasang surut yang berlainan. Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, yaitu sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari. Bulan dan matahari keduanya memberikan gaya gravitasi tarikan terhadap bumi yang besarnya tergantung kepada besarnya masa benda yang saling tarik menarik tersebut. Bulan memberikan gaya tarik (gravitasi) yang lebih besar dibanding matahari. Hal ini disebabkan karena walaupun masa bulan lebih kecil dari matahari, tetapi posisinya lebih dekat ke bumi. Gaya-gaya ini mengakibatkan air laut, yang menyusun 71% permukaan bumi, menggelembung pada sumbu yang menghadap ke bulan. Pasang surut terbentuk karena rotasi bumi yang berada di bawah muka air yang menggelembung ini, yang mengakibatkan kenaikan dan penurunan permukaan laut di wilayah pesisir secara periodik. Gaya tarik gravitasi matahari juga memiliki efek yang sama namun dengan derajat yang lebih kecil. Daerah-daerah pesisir mengalami dua kali pasang dan dua kali surut selama periode sedikit di atas 24 jam.
Tipe Pasang Surut
Perairan laut memberikan respon yang berbeda terhadap gaya pembangkit pasang surut,sehingga terjadi tipe pasut yang berlainan di sepanjang pesisir. Menurut Dronkers (1964), ada tiga tipe pasut yang dapat diketahui, yaitu : - Pasang surut diurnal. Yaitu bila dalam sehari terjadi satu satu kali pasang dan satu kali surut. Biasanya terjadi di laut sekitar katulistiwa.
- pasang surut semi diurnal. Yaitu bila dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang hampir sama tingginya.
- pasang surut campuran. Yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila bulan melintasi khatulistiwa (deklinasi kecil), pasutnya bertipe semi diurnal, dan jika deklinasi bulan mendekati maksimum, terbentuk pasut diurnal.
Pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 yaitu :
- Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide)
Merupakan pasut yang hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, ini terdapat di Selat Karimata
- Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide)
Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya hampir sama dalam satu hari, ini terdapat di Selat Malaka hingga Laut Andaman. - Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide)
Merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut tetapi terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda dalam tinggi dan waktu, ini terdapat di Pantai Selatan Kalimantan dan Pantai Utara Jawa Barat.
- Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide)
Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari tetapi terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan memiliki tinggi dan waktu yang berbeda, ini terdapat di Pantai Selatan Jawa dan Indonesia Bagian Timur.
Tabel Frekuensi Pasang Surut
NILAI BENTUK | JENIS PASUT | FENOMENA |
O < F <0.25 | Harian ganda | 2x pasang sehari dengn tinggi relatif sama |
0.25 < F <1.5 | Campuran ganda | 2x pasang sehari dengan perbedaan tinggi dan interval yang berbeda |
1.5 < Ff<3 | Campuran tunggal | 1 x atau 2 x pasang sehari dengan interval yang berbeda |
F > 3 | Tunggal | 1 x pasang sehari, saat spring bisa terjadi 2x pasang sehari |
Rumus Frekuensi Pasang Surut:
F= (O1+K1)/(M2+S2)
Keterangan :
F = bilangan Formzahl
O1 = amplitudo komponen pasut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan
K1 = amplitudo komponen pasut tunggal utama yang disebabkan oleh daya tarik bulan dan matahari
M2 = amplitudo komponen pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan
S2 = amplitudo komponen pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik matahari
Arus Pasang Surut
Gerakan air vertikal yang berhubungan dengan naik dan turunnya pasang surut, diiringi oleh gerakan air horizontal yang disebut dengan arus pasang surut. Permukaan air laut senantiasa berubah-ubah setiap saat karena gerakan pasut, keadaan ini juga terjadi pada tempat-tempat sempit seperti teluk dan selat, sehingga menimbulkan arus pasut(Tidal current). Gerakan arus pasut dari laut lepas yang merambat ke perairan pantai akan mengalami perubahan, faktor yang mempengaruhinya antara lain adalah berkurangnya kedalaman (http://www.slideshare.com, 2006). Arus yang terjadi di laut teluk dan laguna adalah akibat massa air mengalir dari permukaan yang lebih tinggi ke permukaan yang lebih rendah yang disebabkan oleh pasut. Arus pasang surut adalah arus yang cukup dominan pada perairan teluk yang memiliki karakteristik pasang (Flood) dan surut atau ebb. Pada waktu gelombang pasut merambat memasuki perairan dangkal, seperti muara sungai atau teluk, maka badan air kawasan ini akan bereaksi terhadap aksi dari perairan lepas (Wibisono, 2005). Pada daerah-daerah di mana arus pasang surut cukup kuat, tarikan gesekan pada dasar laut menghasilkan potongan arus vertikal, dan resultan turbulensi menyebabkan bercampurnya lapisan air bawah secara vertikal. Pada daerah lain, di mana arus pasang surut lebih lemah, pencampuran sedikit terjadi, dengan demikian stratifikasi (lapisan-lapisan air dengan kepadatan berbeda) dapat terjadi. Perbatasan antar daerah-daerah kontras dari perairan yang bercampur dan terstratifikasi seringkali secara jelas didefinisikan, sehingga terdapat perbedaan lateral yang ditandai dalam kepadatan air pada setiap sisi batas (http://www.ilmukelautan.com, 2007).
Tunggang air Pasang Surut
Merupakan perbedaan antara puncak pasang tertingi (Air Tinggi/AT/High Water/HW) pada saat spring tide dengan air surut terendah (Air Rendah/AR/Low Water/LW) pada saat neap tide yang bisa mencapai beberapa meter hingga puluhan meter (Rokhim, dkk., 2004).
Besarnya selain dipengaruhi oleh posisi bulan terhadap bumi juga dipengaruhi oleh faktor jarak antara bulan dengan bumi dan jarak antara bumi dan matahari dalam masing-masing lintasan orbit.
Persamaan untuk tunggang pasut, yaitu :
Jika Tipe pasang surut Semidiurnal/Mixed Tide Prevailing Semidiurnal :
HAT = LAT + 2(AK1+AO1+AS2+AM2)
MHHWS = LAT + 2(AS2+AM2)+AK1+AO1
MHHWN = LAT + 2AM2 +AK1 + AO1
MLLWN = LAT + 2AS2 + AK1 + AO1
MLLWS = LAT + AK1 + AO1
LAT = MSL – AK1 - AO1 – AS2 – AM2
Keterangan:
HAT = Highest Astronomical Tide
MHHWS = Mean High Higher Water Spring
MHHWN = Mean High Higher Water Neap
MSL = Mean Sea Level
MLLWN = Mean Low Lower Water Neap
MLLWS = Mean Low Lower Water Spring
LAT = Lowest Astronomical Tide
(Sumber: Wibisono,2005)
Tabel komponen harmonik utama pasang surut (Rokhim, dkk., 2004)
JENIS | NAMA KOMPONEN | PERIODA (jam) | FENOMENA |
Semidiurnal | M2 | 12.24 | Gravitasi bulan dengan orbit lingkaran dan sejajar ekuator bumi |
S2 | 12.00 | Gravitasi matahari dengan orbit lingkaran dan sejajr ekuator bumi |
N2 | 12.66 | Perubahan jarak bulan ke bumi akibat lintasan yang berbentuk elips |
K2 | 11.97 | Perubahan jarak bulan ke bumi akibat lintasan yang berbentuk elips |
Diurnal | K1 | 23.93 | Deklinasi sistem bulan dan matahari |
O1 | 25.82 | Deklinasi bulan |
P1 | 24.07 | Deklinasi matahari |
Perioda panjang | Mf | 327.86 | Variasi setengah bulanan |
Mm | 661.30 | Variasi bulanan |
Ssa | 2191.43 | Variasi semi tahunan |
Perairan dangkal | 2SM2 | 11.61 | Interaksi bulan dan matahari |
MNS2 | 13.13 | Interaksi bulan dan matahari dgn perubahan jarak matahari akibat lintasan berbentuk elips |
MK3 | 8.18 | Interaksi bulan dan matahari dgn perubahan jarak bulani akibat lintasan berbentuk elips |
M4 | 6.21 | 2 x kecepatan sudut M2 |
MS4 | 2.20 | Interaksi M2 dan S2 |
Alat-alat Pengukuran Pasang Surut
Beberapa alat pengukuran pasang surut (http://www.ilmukelautan.com, 2007) diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Tide Staff.
Alat ini berupa papan yang telah diberi skala dalam meter atau centi meter. Biasanya digunakan pada pengukuran pasang surut di lapangan.Tide Staff (papan Pasut) merupakan alat pengukur pasut paling sederhana yang umumnya digunakan untuk mengamati ketinggian muka
laut atau tinggi gelombang air
laut. Bahan yang digunakan biasanya terbuat dari kayu, alumunium atau bahan lain yang di cat anti karat.
Syarat pemasangan papan pasut adalah :
1. Saat pasang tertinggi tidak terendam air dan pada surut terendah masih tergenang oleh air.
2. Jangan dipasang pada gelombang pecah karena akan bias atau pada daerah aliran sungai (aliran debit air).
3. Jangan dipasang didaerah dekat kapal bersandar atau aktivitas yang menyebabkan air bergerak secara tidak teratur.
4. Dipasang pada daerah yang terlindung dan pada tempat yang mudah untuk diamati dan dipasang tegak lurus.
5. Cari tempat yang mudah untuk pemasangan misalnya dermaga sehingga papan mudah dikaitkan.
6. Dekat dengan bench mark atau titik referensi lain yang ada sehingga data pasang surut mudah untuk diikatkan terhadap titik referensi.
7.
Tanah dan dasar
laut atau sungai tempat didirikannya papan harus stabil.
8.
Tempat didirikannya papan harus dibuat pengaman dari
arus dan sampah.
2. Tide gauge.
Merupakan perangkat untuk mengukur perubahan muka
laut secara mekanik dan otomatis. Alat ini memiliki sensor yang dapat mengukur ketinggian permukaan air
laut yang kemudian direkam ke dalam komputer.
Tide gauge terdiri dari dua jenis yaitu :
•Floating tide gauge (self registering)
Prinsip kerja alat ini berdasarkan naik turunnya permukaan air
laut yang dapat diketahui melalui pelampung yang dihubungkan dengan alat pencatat (
recording unit). Pengamatan pasut dengan alat ini banyak dilakukan, namun yang lebih banyak dipakai adalah dengan cara rambu pasut.
•Pressure tide gauge (self registering)
Prinsip kerja pressure tide gauge hampir sama dengan floating tide gauge, namun perubahan naik-turunnya air
laut direkam melalui perubahan tekanan pada dasar
laut yang dihubungkan dengan alat pencatat (
recording unit). Alat ini dipasang sedemikian rupa sehingga selalu berada di bawah permukaan air
laut tersurut, namun alat ini jarang sekali dipakai untuk pengamatan pasang surut.
3.
Satelit Sistem
satelit altimetri berkembang sejak tahun 1975 saat diluncurkannya sistem
satelit Geos-3. Pada saat ini secara umum sistem
satelit altimetri mempunyai tiga objektif ilmiah jangka panjang yaitu mengamati sirkulasi lautan global, memantau volume dari lempengan es kutub, dan mengamati perubahan muka
laut rata-rata (MSL) global. Prinsip Dasar
Satelit Altimetri adalah
satelit altimetri dilengkapi dengan pemancar pulsa radar (
transmiter), penerima pulsa radar yang sensitif (
receiver), serta jam berakurasi tinggi. Pada sistem ini, altimeter radar yang dibawa oleh
satelit memancarkan pulsa-pulsa gelombang elektromagnetik (radar) kepermukaan
laut. Pulsa-pulsa tersebut dipantulkan balik oleh permukaan
laut dan diterima kembali oleh
satelit. Prinsip penentuan perubahan kedudukan muka
laut dengan teknik altimetri yaitu pada dasarnya
satelit altimetri bertugas mengukur jarak vertikal dari
satelit ke permukaan
laut. Karena tinggi
satelit di atas permukaan ellipsoid referensi diketahui maka tinggi muka
laut (
Sea Surface Height atau SSH) saat pengukuran dapat ditentukan sebagai selisih antara tinggi
satelit dengan jarak vertikal. Variasi muka
laut periode pendek harus dihilangkan sehingga fenomena kenaikan muka
laut dapat terlihat melalui analisis deret waktu (
time series analysis). Analisis deret waktu dilakukan karena kita akan melihat variasi temporal periode panjang dan fenomena sekularnya (http://gdl.geoph.itb.ac.id, 2004).